Koperasi Noto Wono : Masyarakat Sejahtera, Hutan Lestari.

Koperasi Noto Wono : Masyarakat Sejahtera, Hutan Lestari.
Spread the love

Warto-Mbantul.Com__Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dalam kurun waktu 4 bulan terakhir ini memberikan dampak yang luar biasa salah satunya pada sektor ekonomi dan juga sektor Pariwisata. Koperasi Noto Wono yang bergerak dalam bidang jasa pengelola kawasan wisata hutan di wilayah RPH Mangunan Dlingo Bantul seluas kurang lebih 30,41 Hektar turut merasakan dampaknya sejak dikeluarkannya kebijakan pemerintah tentang penutupan sementara obyek wisata di DIY dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19.

Menurut Purwo Harsono selaku Ketua Koperasi Noto Wono saat ditemui awak media Kamis (9/7/2020) sore, Ada sekitar 7 Destinasi wisata diantaranya Pinussari, Puncak Becici (sub operator Alas Literasi), Lintang Sewu (sub operator Pinus Asri dan lembah Ndahromo), Gunung Pengger, Seribu Batu Songgo Langit, Bukit Panguk dan Bukit Mojo yang dikerjasamakan antara Koperasi Noto Wono dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY.

“Koperasi Noto Nowo itu badan hukum koperasi sebagai wadah kelompok tani hutan untuk mengelola hutan dalam konteks pengembangan wisata, Koperasi Noto Wono dibangun sebagai badan hukum untuk bekerjasama dengan pemerintah agar bisa mengelola hutannya pemerintah sebagai pemberdayaan masyarakat”, jelas Purwo Harsono atau yang akrab disapa Pak Ipung.

Pak Ipung juga menjelaskan bahwa koperasi ini berdiri di tahun 2016 dan kerjasama dengan pemerintah terjalin 2017. Setidaknya terdapat lebih kurang 200 UMKM dibawah naungan Koperasi Noto Wono yang menggantungkan pendapatan dari sektor Pariwisata. Harapan kedepan dalam mengelola destinasi wisata alam ini adalah dapat tumbuh berkembang sesuai dengan temanya wana wisata budaya mataram, didalam kawasan hutan ini akan ada budaya sebagai daya tarik yang menjadi ikon Jogjakarta dan mampu memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan warga sekitar terutama anggota Koperasi Noto Wono.

“Mimpi kami, disini nanti akan ada Kapal Kaladuta yang mengingatkan kita tentang sejarah penyerbuan Sultan Agung ke Batavia, dan dikonsep ada pertunjukan sendratari diatasnya”, tambah Pak Ipung.

Pada kesempatan yang sama Hendri selaku Wakil Ketua koperasi Noto Wono menyampaikan permasalahan yang sering dihadapai oleh pengelola adalah keamanan hutan, seperti kebakaran dan pencurian kayu di hutan. Untuk mengupayakan keamanan tersebut Koperasi Noto Wono membentuk tim yang setiap harinya melakukan patroli di area rawan terjadi pencurian.

Hendri menceritakan, Kayu yang sering dicuri adalah kayu yang mempunyai nilai jual tinggi seperti kayu sono keling, dan lokasinya jauh dari jangkauan pengamanan, areanya berada di pinggirian hutan dan di pinggir sungai, untuk kebakaran yang sering terjadi adalah pada saat musim kemarau.

“Harapan dari Koperasi Noto Wono yang bergerak dalam bidang jasa layanan wisata alam yang selama ini mengelola hutan lindung yakni hutan lestari, wisata maju yang akan berdampak pada mengingkatnya kesejahteraan warga masyarakat sekitar. Selain itu juga diharapkan warga masyarakat sekitar dapat turut serta membantu menjaga kelestarian hutan lindung ini”, tambah Hendri.

Menyikapi permasalahan yang sering terjadi Pak Ipung menyampaikan, Hutan adalah salah satu sumber kehidupan selain sebagai penyedia sumber air juga sebagai penyangga air, apabila hutannya rusak maka ketersediaan air akan membahayakan eksistensi kehidupan masyarakat itu sendiri, selain itu juga timbul potensi terjadinya longsor dan banjir.

“Dimusim kemarau seperti ini sangat-sangat mudah sekali terjadinya kebakaran hutan, kepada masyarakat terutama pengunjung mari kita jaga dan lestarikan hutan ini kita, jangan buang puntung rokok sembarangan dan jangan bermain api di kawasan hutan. Terkait dengan pencurian kayu di hutan marilah kita sadar bahwa pencurian kayu itu termasuk pelanggaran hukum terlebih berkitan dengan kawasan hutan lindung. Mari kita lestarikan, kita jaga rawat dan kembangkan hutan ini agar kelestarian hutan itu akan menjadi sumber kehidupan masyarakat disekitarnya”, himbau Pak Ipung.

Terkait masa Tanggap Darurat Covid-19 dilakukan uji coba operasional pembukaan destinasi wisata dengan menerapkan SOP sesuai protokol kesehatan baru di empat lokasi yaitu Seribu Batu, Pinus Sari, Puncak Becici dan Pinus Pengger. SOP yang diterapkan antara lain, pengecekan suhu kepada setiap pengunjung, disediakan tempat isolasi sementara, pendataan pengunjung atau wisatawan dan menyediakan tempat cuci tangan, selain itu juga mewajibkan para pengunjung untuk memakai masker.

Koperasi Noto Wono mempunyai slogan “Masyarakat Sejahtera, Hutan Lestari”. Bertepatan dengan Hari Koperasi yang jatuh pada tanggal 12 Juli, Koperasi Noto Wono menggelorakan “Dengan Semangat Hari Koperasi dan Era New Normal Kita Jadikan Momentum Awal Kebangkitan Koperasi Dalam Rangka Pemberdayaan UMKM”, pungkas Pak Ipung.(U6)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *