Mujahadah dan Doa untuk Bangsa Digelar di Kampus IIQ An Nur Yogyakarta

Mujahadah dan Doa untuk Bangsa Digelar di Kampus IIQ An Nur Yogyakarta
Spread the love

Bantul – Mujahadah dan doa bersama digelar di Kampus Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta pada Senin malam, 8 September 2025. Acara yang berlangsung di lobi kampus, Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul ini diinisiasi oleh BEM Pesantren Korwil DIY bersama dengan DEMA IIQ An Nur Yogyakarta dan diikuti sekitar 25 peserta.

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh penanggung jawab, Muhammad Ayub Abdullah. Acara dibuka dengan sambutan dari Presiden Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta, Syifa Nurul Auzan. Ia menekankan bahwa banyak isu dan tragedi yang harus direspons mahasiswa dan santri. “Kita bergerak dengan cara kita sendiri, mendobrak langit dengan mujahadah dan doa,” ujarnya.

Sambutan juga disampaikan oleh Korpus BEM Pesantren se-Indonesia, Ahmad Tomi Wijaya, S.Ag. Menurutnya, pergerakan mahasiswa santri tidak hanya melalui aksi jalanan, tetapi juga lewat jalur spiritual. “Diam bukan solusi. Kita harus bergerak sebagai bentuk kepedulian. Mujahadah ini bagian dari perjuangan kita sebagai santri sekaligus mahasiswa untuk bangsa dan negara,” tegasnya.

Usai sambutan, acara dilanjutkan dengan mujahadah, dzikir, dan doa bersama yang dipimpin Ustadz Izmul Fauzi. Doa dipanjatkan bagi almarhum Afan Kurniawan, driver ojol yang menjadi korban dalam aksi unjuk rasa di Jakarta, serta untuk korban lainnya di berbagai daerah, dan untuk keselamatan bangsa Indonesia.

Dalam orasinya, Muhammad Ayub Abdullah menyerukan harapan agar bangsa Indonesia mau berbenah. “Mahasiswa santri bukanlah entitas tak bernyawa. Kalau pintu penguasa sulit didobrak, maka kita dobrak pintu langit dengan doa dan mujahadah,” ungkapnya.

Kegiatan ditutup dengan renungan dan pembacaan pernyataan sikap yang berisi 10 poin tuntutan, antara lain:

  • Mendesak pemerintah merespons massa aksi tanpa kekerasan.

  • Mendesak pengesahan RUU Perampasan Aset.

  • Menolak tunjangan fantastis dan fasilitas mewah bagi DPR.

  • Mencabut UU KPK yang dinilai melanggengkan praktik korupsi.

  • Menuntut partai politik melakukan recall terhadap anggota DPR yang bermasalah.

  • Mengajak pesantren bersikap pro-rakyat.

  • Menolak komersialisasi pendidikan.

  • Meminta kesejahteraan guru dijadikan prioritas kebijakan.

  • Hingga mendesak Kapolri mundur terkait jatuhnya korban jiwa dalam aksi unjuk rasa.

Melalui mujahadah dan doa bersama ini, BEM Pesantren Se-Indonesia menegaskan komitmen untuk terus berdiri bersama rakyat sekaligus menjaga warisan perjuangan santri bagi bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *