Pada hari Minggu, 20 Oktober 2024, berlangsung acara pelantikan dan dialog publik oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Alma Ata Yogyakarta di kantor PW NU DIY. Acara yang dihadiri sekitar 20 peserta ini mengusung tema “Optimalisasi Gerakan PMII yang Inklusif dan Adaptif” dengan Edi Suherman sebagai koordinator acara.
Acara dimulai pukul 13.00 WIB dan dihadiri oleh tamu undangan dari beberapa instansi, di antaranya Andika Kartala dari Bawaslu DIY dan Iptu Darmanto yang merupakan Kasat Intelkam Polres Bantul. Selain pelantikan pengurus PMII, agenda ini juga menghadirkan sesi diskusi publik yang mengupas tema solidaritas dan toleransi, khususnya dalam menghadapi pemilu.
Solidaritas dan Toleransi Jadi Kunci Pemilu Damai
Andika Kartala dari Bawaslu DIY menekankan pentingnya pemilu sebagai sarana bagi rakyat untuk mengekspresikan hak politik dalam sistem demokrasi. Ia menambahkan bahwa pemilu tidak hanya soal memilih pemimpin, tetapi juga menjaga integritas demokrasi serta persatuan bangsa. Solidaritas dan toleransi menjadi nilai penting agar pemilu berjalan damai dan demokratis. “Semua elemen masyarakat harus saling mendukung, menghargai perbedaan, dan menjaga keamanan pemilu demi mewujudkan kebersamaan sebagai bangsa,” jelasnya.
Menurut Andika, solidaritas berarti masyarakat turut menjaga kelancaran pemilu, sedangkan toleransi mengajarkan masyarakat untuk menghargai perbedaan pilihan politik tanpa menciptakan konflik. Sikap ini penting untuk mencegah pemilu menjadi sumber perpecahan, melainkan sebagai momentum memperkuat persatuan bangsa.
Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Konflik Sosial
Dalam sesi diskusi, Iptu Darmanto berbicara mengenai upaya menghindari perselisihan yang dapat menyebabkan perpecahan. “Perselisihan bisa timbul karena perbedaan pandangan dan kesalahpahaman. Jika dibiarkan, ini bisa berkembang menjadi konflik yang mengganggu ketertiban umum,” ungkapnya. Ia menyebutkan beberapa penyebab utama perselisihan, seperti informasi yang kurang akurat, serta isu-isu yang dimanfaatkan pihak ketiga untuk memecah belah.
Darmanto mengajak mahasiswa berperan sebagai agen perubahan yang mengkampanyekan nilai-nilai kebhinekaan serta cinta tanah air. Mahasiswa, lanjutnya, juga dapat berkolaborasi dengan aparat dan masyarakat dalam upaya pencegahan konflik melalui dialog serta mediasi oleh pihak netral. “Peran mahasiswa sangat strategis dalam mencegah perselisihan karena mereka adalah pionir perubahan dan perekat kebersamaan di masyarakat,” tambahnya.
Struktur Kepengurusan Baru PMII Universitas Alma Ata Yogyakarta
Pada acara tersebut, PMII Universitas Alma Ata Yogyakarta juga resmi melantik struktur kepengurusan baru masa khidmat 2024. Muhammad Rasyid Ridlo ditunjuk sebagai Ketua Umum, didampingi Naeli Inayatul Maula sebagai Sekretaris dan Muhammad Rafly Rifai sebagai Bendahara. Beberapa biro juga dibentuk, seperti Biro Kaderisasi dan Intelektual yang dikoordinatori Muh. Rizki Mohtar, Biro Media dan Jaringan yang dipimpin oleh Edi Suherman, serta Biro Advokasi dan Pengabdian Masyarakat yang dipimpin oleh Tegar Pradana. Selain itu, dibentuk pula Badan Semi Otonom Korp PMII Putri (KOPRI) yang dipimpin oleh Siti Alfiyatu Zahro.
Dengan kepengurusan baru ini, PMII Universitas Alma Ata diharapkan dapat terus menggerakkan mahasiswa untuk terlibat aktif dalam menjaga kerukunan dan mendukung pemilu yang damai di tengah keberagaman masyarakat.